Daftar Blog Saya

Minggu, 15 November 2009

Note Part 5


Pagi ini aku memulai pencarian ku, aku naik angkutan kota yang berwarna biru muda, tadi aku sempat bertanya dulu sama tanteku tentang jalur-jalur yang akan dilalui angkutan kota tersebut. Tante ku tinggal di jalan soekarno-hatta tepat nya di jalan anak air, tante memang tidak serumah dengan nenek, itu karena tente bekerja disalah satu cv yang dekat dengan kontrakan nya. Tante menunjukan jalan-jalan yang harus aku lalui, pertama aku akan berhenti di pasar bawah, tepat disimpang mandiangin. Disimpang empat itu aku turun dan melanjutkan perjalanan dengan menaiki aangkutan kota yang bercorak kuning putih menuju panganak. Kali ini aku sukses sampai panganak tapi sayang sekali ternyata aku salah naik angkutan kota, seharusnya aku naik angkutan kota yang bercorak hijau daun yang didepan nya bertuliskan rute perjalanan ke panorama baru karena kampusku itu berada di jalan panorama baru, tadi malam aku sudah menanyakan alamat kampusnya sama temanku ani yang baru aku kenal saat tes kesehatan, angkutan kota tersebut juga bisa di jumpai disimpang mandiangin, tapi menunggunya disimpang yang sebelahnya, kearah lanbauw.


Akhirnya aku sampai juga di kampus V politeknik kesehatan padang, prodi kesehatan gigi Bukittinggi. Kesan pertama kali kurasakan, aku pesimis bisa kuliah ditempat ini, kampus ini tidak seperti yang kubayangkan, rasanya anak-anak yang lain juga akan sependapat dengan ku. Sewaktu aku masih duduk di SMA aku membayangkan aku akan berkuliah di suatu universitas atau akademi dengan kampus yang megah serta dengan fasilitas-fasilitas kafe yang memanjakan mahasiswa nya. Tapi semua yang aku bayang kan bertolak belakang dengan apa yang ada dihadapan ku sekarang. Aku mesti kekampus dengan memakai baju putih-putih, berjilbab, lengkap dengan sepatu pansus dan pin poltekes. Entah lah, aku tidak dapat mengelak, yang aku tahu sekarang aku harus mencobanya, mengenalnya dan menyukainya.


Saat aku asyik melamun di teras kampus, tanpa sadar ada seseorang yang menepuk pundak ku, sesaat aku membalikkan badan, any..!! hai, apa kabar kamu?
Dia hanya cengengesan, “lah lamo kamu datang lan?” ah, belum terlalu lama ini.
Aku senyum-senyum karena mendengar logatnya yang aneh, dia berusaha keras mamakai bahasa Indonesia yang campur sari dengan bahasa minang, bahasa asli penduduk sana. Tujuannya, supaya aku mengerti apa yang di ucapkan nya. Yuk, any kenal kan samo kawan-kawan baru, any kenal dipadang saat ujian patang..!! dia menarik tangan ku, sesaat aku sudah berada di antara teman-teman baru, membiasakan diri dengan bahasa baru, dan lingkungan kampus yang baru.


Sekarang aku sudah berada disuatu ruangan yang kata mereka aula kampus, ada banyak kakak senior yang memberi pengarahan, dan satu persatu dari kami diminta untuk memperkenalkan diri. Setelah sampai pada giliran ku, aku berdiri. Aku mulai dengan mengucapkan salam, “Assalamualaikum wr.wb perkenalkan
nama saya Novalia Wulandari”. “Teman-teman bisa memanggil saya dengan sebutan Wulan, dan saya berasal dari Pekanbaru”. Aku sempat gugup sewaktu memperkenalkan diri karena begitu banyaknya orang-orang yang baru ku kenal menatap kearah ku, tapi untunglah sudah berlalu. Ternyata tidak hanya aku yang berasal dari luar Sumatra barat, ada sekitar lima orang calon mahasiswa dan mahasiswi dari daerah riau seperti bengkalis, duri, bengkinang dan pekanbaru. Para senior menjelaskan kegiatan orientasi mahasiswa yang akan berlangsung dikampus tersebut selama tiga hari, kami diminta membawa berbagai macam perlengkapan aneh, bagaimana aku bisa mengatakan aneh jika perlengkapan yang diminta adalah, botol bir yang kosong, petai, kulit jengkol, kaca mata anak-anak yang satu kaca ya dilepas dan segala macam perlengkapan lain. Aku sebenarnya sudah membayangkan akan memakai perlengkapan tersebut sebagai atribut. Dengan rambut dikuncir banyak, pita warna-warni, aku akan berkalung kan petai dan tutup botol serta terung besar akan digantungkan disisi kiri pinggangku, aku pasti akan seperti orang gila yang pernah bermimpi jadi polisi, ditambah lagi dengan topi jerami dan tas karung yang akan kami sandang, lengkap sudah penderitaan kami selama tiga hari nanti.


Setelah pengarahan selesai, any temanku mengajakku kepasar bawah, pasar tradisional yang becek karena hujan tadi malam. yang membuatku suka belanja disini karena orang-orang atau tepat nya ibu-ibu atau orang minang mengatakannya amak-amak yang berjualan sangat lah ramah-ramah, mereka menawarkan dagangan nya, ada juga yang asyik bercengkrama dengan penjual yang ada disebelahnya, bahasanya bikin aku tersipu-sipu, bukan karena aku mengerti tapi malah sebaliknya. Any mulai menanyakan terung, kulit jengkol dan patai. “Ado patai mak..??”katanya, dengan logat minang. “Lai nak, bara kabek?” “ampek se nyo mak..!!” ani meminta empat ikat petai lalu membayarnya. Sepertinya any sudah hapal dengan harga-harga disitu jadi dia tidak perlu menawar lagi. Akhir nya selesai sudah belanja perlengkapan, kami pun pulang kerumah tanteku di anak air dan aku menawarkan any untuk menginap. Any adalah asli payakumbuh, dari Bukittinggi ke Payakumbuh tidaklah terlalu jauh, hanya membutuh kan waktu sekitar satengah jam jika ditempuh pakai motor, tapi jika pakai bus bisa sekitar satu jam karena bus yang ngirit-ngirit nyari penumpang. Walaupun dekat tetap saja aku tidak mengijinkan nya untuk pulang, karena hari sudah hampir malam, senja mulai berganti dengan pekat, burung-burung kembali kesarang mereka, dan aktifitas kota berangsur-angsur lenyap berganti dengan kesunyian alam yang terus berzikir menanti pagi.

Tidak ada komentar: