Daftar Blog Saya

Sabtu, 21 November 2009

Bisikan Cinta



Siang ini aku duduk di blakon rumah, aroma menyengat matahari yang membakar aspal amat sangat jelas tercium oleh indra penciuman ku, sesekali ku lempar pandangan kearah jalan raya yang penuh sesak oleh hilir mudik kendaraan, ku juntai kan kaki ku ke bawah hingga melayang diatas tanah dan menyentuh rerumputan.

Hari ni adalah hari dimana 2 tahun yang lalu aku bertemu dengan dia. Laki2 yang sudah membuat aku jatuh cinta, mendekap nya dalam symponi rindu dan terus menyanyikan aku dengan hangat bisikan cinta nan syahdu, sungguh hari ini adalah hari yang special buat ku, buat kami.

Aku membayangkan saat2 indah dua tahun silam, saat jemari nya menyentuh kedua pipi ku, saat tatapan nya menyejukkan hati ku, dia berucap setengah berbisik “ aku mencintai mu”

Aku terpaku, aku merasa mimpi menjelma dalam alam sadarku, ya..benar sekarang pun aku masih merasakan bisikan itu. bisikan yang mampu membuat guliran hangat menyapu rona wajah ku. Bisikan yang mampu merubah duniaku.. hanya dengan nya, Cinta itu jelas terpatri dihati ku.

Hujan

Hujan Membasahi kelopak mawar

Menyiram bumi menyamai akar fikiran

Perjalanan ku mendulang mimpi

Terambah kenangan masa silam


Hujan menyamai fikiran lagi

lagi dan sekali lagi..

sosok nya terasa dekat

sama seperti saat itu

saat hujan menyatu kan kami..

Hujan menghantar kan kami pada kerinduan

kerinduan syurga yang bergairah

kerinduan syurga yang berwarna

karena hujan..



Hujan menitiskan cinta dalam hati

Hujan mematri janji sampai mati

Karena Hujan..


Hujan di musim ini

telah menyadarkan aku dari mimpi

dia tak disini

tidak bersama ku lagi..


Ini hanya mimpi..

Mimpi tentang Hujan

dalam dekapan diri sendiri.

Rabu, 18 November 2009

Kado Terindah

Jika bicara tentang kado terindah, aku teringat masa saat aku menginjak usia 21 tahun,
aku menangis haru, aku bahagia.. rongga - rongga kebahagiaan ku menganga, seluruh jiwa ku melayang, aku berada di awang - awang saat itu juga, saat sebuah cincin berkilau kau sematkan dijariku, saat kata kata indah terucap dari bibir mu, hari yang sungguh indah. tiada keindahan yang pernah ku rasa selain hari itu.

Hari ini, aku merasakan nya lagi, tiada henti kejutan - kejutan yang kau hadirkan untuk ku, slalu dan slalu saja membuat aku tersanjung. walau kini raga mu jauh dari ku, tapi cinta mu slalu mampu membius ku, aku bahagia..terimakasih sudah menghadirkan kebahagiaan ini untuk ku..
(ini kado terindah, sepanjang usia ku..)

(mih luv pipih)

Senin, 16 November 2009

Note Part 4


Masih ingat dengan rumah kontrakan tante ku di anak air? Yup, betul sekali. Aku dan ani kost di situ, sudah setahun ini kami tinggal bersama, dirumah ini cuma ada aku dan any, sedangkan tante sudah pindah ikut suaminya. Kadang-kadang kami masak sendiri makanan kami, tetapi kami lebih sering jajan di panganan yang banyak dijual di jalan kampung cina. Rumah kontrakan ini begitu besar, sehingga kami memutuskan hanya menghuni bagi paviliun nya saja, paviliun itu berada disamping rumah induk dan terdapat tiga ruangan yang mamanjang kebelakang, satu ruangan didepan kami jadikan ruang tamu, ruangan ditengah jadi kamar tidur, dan ruangan dibelakang kami jadikan tempat makan. sedangkan rumah induk itu sendiri tidak kami huni, kami punya dua kamar mandi, satu kamar mandi dengan bak bocor sehingga tidak di fungsikan, dan satu kamar mandi yang luas dengan jendela terang. Jendela tersebut sengaja tidak di beri gorden, mengingat di balik jendela hanya semak-semak.



Ngomong-ngomong soal jendela aku jadi teringat satu kejadian yang bikin aku dan any sempat syok, pada suatu malam minggu seperti biasa aku tinggal sendiri dirumah karena any pulang ke payakumbuh. Any memang biasa pulang setiap akhir pekan. Aku melakukan rutinitas sebelum tidur seperti buang air banyak-banyak biar tidak balik-balik ke wc lagi dan sikat gigi plus cuci muka. Jadi pas aku sedang asyik sikat gigi, tidak ada kejadian yang aneh. pas aku cuci muka aku melihat dengan ekor mata ku ada suatu bayangan, aku susah menyebutkan apa itu manusia atau “ jadi-jadi an” sontak membuatku pontang-panting malarikan diri kekamar. Sesampai dikamar, lampu rumah ku mati. Astagfirullah…….aku pun mulai menyebut-nyebut nama Allah, mulut ku mulai berzikir, “subhanallah, subhanallah, lailahaillah..” untuk menenangkan diriku. Di balik selimut tubuh ku menggigil. Lalu aku teringat seseorang, mungkin dia bisa membantu ku, aku pun mulai memencet nomor,dan diseberang sana terdengar nada tunggu. Tut…tuttt….no answer..!! ya Allah…siapa yang harus aku hubungi malam-malam begini, aku melirik jam digital di hanphone ku, sudah pukul 23.30 wib, aku langsung terfikir sama abang tetangga sebelahku, aku ragu untuk menelfon karena beliau baru punya baby, takut menggangu akhirnya aku memutuskan untuk sms. “Bang, w dirumah sendiri, tolong dengar-dengarin w ya.. makasi” aku men send sebait sms itu. Rupa nya tanggapan dari abang hen tersebut cepat sekali, dia menelpon ku dan aku pun sudah mulai tenang. Mata ku sudah mengantuk, aku bersyukur akhirnya aku bisa terlelap sampai pagi akhirnya menjemput.



Tidak hanya itu teror-teror yang kami rasakan selama tinggal di rumah kontrakan, pada suatu pagi kami digegerkan dengan maling yang menggasak sejumlah uang dan perhiasan. “Any……!!!” aku menjerik sejadi-jadinya ketika mendapati lemari yang sedah rusak akibat dibongkar paksa maling. Kaki ku lemas, aku tak percaya ada orang yang masuk kerumah kami tadi malam. Malam tadi kebetulan kami tidak tidur dikamar tempat biasa kami tidur, karena konslet nya aliran listrik ke kamar, jadi kami memutuskan untuk tidur di rumah induk, sedangkan barang-barang tetap di biarkan di kamar paviliun. “Baa, lan…??” Any kebingungan melihat ku pucat..dia menggoncang-goncang tubuhku dan aku pun hanya bisa menunjuk lemari yang sudah acak-acakan, tanpa bisa berkata lagi. any sontak terkejut.. “astagfirullah…..!!! baa kok bisa urang masuak kamar wak lan…….??” Hening.., tidak ada satu pun dari kami yang bisa menjawab, yang terfikir di otak kami hanya satu. Pindah!!!!.

Note Part 3



Hari ini adalah hari pertama aku praktek, rasanya aku bersemangat sekali dan aku sudah tidak sabar untuk memulainya. Aku terus saja menunggu di teras kampus, aku mulai ragu apa mungkin orang itu mau jadi kelinci percobaan ku, ah..entah lah. Pikiran ku langsung melayang memikirkan betapa susah nya aku dan any mencari orang untuk jadi pasien di praktek kami, kemarin sepulang kuliah sekitar pukul 14.00 wib, aku mulai menjelajah di sekitar rumah penduduk yang ada di dekat kali atau mereka menyebut nya “tabek”, rumah mereka berada disisi jalan, dan tartutup oleh rumah-rumah megah para pegawai negeri, disana-sini terlihat sampah dan kotoran yang sudah di kerubungi lalat hijau, tercium oleh kami bau busuk yang memaksa kami untuk menahan nafas sejenak ketika kami menyusuri sepanjang kali yang kotor dan bisa ku bilang tidak ada satu orang pun manusia dimuka bumi ini yang pantas untuk hidup ditempat itu. Kami mulai mengetuk salah satu pintu penduduk yang berada tepat didepan kali. “Tok..tok..tok.. assalamualaikum…”, kami menunggu sejenak, “waalaikumsalam..” seorang ibu menyambut kami dengan senyuman, aku mulai dorong-dorongan dengan any, siapa yang akan mulai bicara duluan, aku lupa tadi belum hom pim pa, untuk menentukan siapa yang akan bicara. “Maaf ni, kami kasiko nio nyari pasien, untuak praktek dikampus..”, kata any memulai. Untuak a tuh? Cari yang balubang atau baa?..

sepertinya uni itu sudah pernah kedatangan anak-anak kuliahan yang menyedihkan kayak kami, jadi kami tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Karena hanya ditempat seperti ini lah kami disambut dengan hangat, mengingat biaya berobat yang semakin mahal dan tentu nya mereka tidak punya anggaran untuk kesehatannya sehingga mereka lebih memilih untuk jadi kelinci percobaan. Akhirnya setelah bertanya kesana-kesini, kami menemukan pasien yang kami cari. Anak-anak yang berumur kira-kira 7 tahun, punya gigi yang berlobang dan belum pernah sakit. Sekian banyak kriteria yang harus kami cari untuk target praktek yang harus dicapai, setiap hari satu orang dari kami mesti bawa satu pasien. Untung lah untuk hari ini kami sudah bisa bernafas lega.




“Wulannn…..!!!” aku tersentak, saat seseorang memanggil nama ku, any berlari lari di koridor kampus, dia melambai-lambaikan tangannya, dan dibelakang nya……..”alhamdulilah…,ffuihh..akhirnya datang juga..”!! kulihat anak-anak itu berlari berusaha menjejeri langkah any. “alah disiap an dental unit nyo lan??”..”sudah, ny..sekarang kita tinggal masuk aja” tadi sebelum dia pergi menjemput anak-anak itu kesekolah nya, aku yang bertugas mempersiapkan dental unit atau kursi gigi dan segala peralatan yang dibutuhkan. Anak-anak itu memang sengaja dijemput kesekolahnya, dan kami juga mengajukan surat keterangan ijin dari orang tua untuk kepala sekolah, sehingga semua urusan ijin-mengijin lancar.


Aku menghempaskan badan ku diatas tempat tidur, rasa nya seluruh badan ku sakit sekali. Walaupun tadi hanya menambal gigi susu, rasanya seluruh tulang ku mau rontok, kepala ku juga tidak mau kalah dengan tulang ku, nyut-nyut nya kian terasa, mungkin karena tadi otak ku ini dipaksa untuk berfikir keras, dan dia sekarang minta hak nya untuk tidak mikir lagi sejenak, kulihat di sampingku, any sudah terkapar dan entah berada dimana dia sekarang. Akhirnya praktek ku tadi berjalan lancar, gigi anak-anak itu sudah kami tambal, lalu kami kembalikan mereka pada orang tua nya, aku harap gigi mereka tidak akan menimbulkan masalah, mengingat ini adalah pengalaman pertama kami mengerjakan anak manusia, maksudku menambal gigi. Tanpa sadar akhir nya aku pun mengikuti jejak any yang sudah lebih dulu merangkai mimpi, merajut tiap helaan nafas dan saat ini aku melepaskan pikiran-pikiran yang membebani, aku ingin terlelap panjang, menutupi perjalanan ku hari ini. Semoga besok berjalan lebih baik dari hari ini, insyaallah.

Minggu, 15 November 2009

Hujan dimaninjau


Langit sore brgayung mendung..


Gumpalan awan hendak tercurah..

Cercahan angin pada wajah, sejuk mendulang indah..

Kita bertikai dg hujan,..

Gurauan singgah pd tiap rintiknya..

Berlarian, tenggelam dalam riuh nan basah..

Aku ingin cinta nya mengalir seperti kain basahan ini..

Meresap,meresap dn teruz meresap..

Hingga dasar yg tak bersua..

Terus dan hanya bersama mu..

Kutemukan surga ku dalam hujan..

Dalam tiap senyuman dan tawa canda kita dalam hujan..

Hujan di maninjau sore itu..

Tetap lah bermain dg ku pada setiap rintik nya..

Jaga aku dalam dekap cinta mu..

Ku ingin bukan hanya dalam hujan..

Note Part 5


Pagi ini aku memulai pencarian ku, aku naik angkutan kota yang berwarna biru muda, tadi aku sempat bertanya dulu sama tanteku tentang jalur-jalur yang akan dilalui angkutan kota tersebut. Tante ku tinggal di jalan soekarno-hatta tepat nya di jalan anak air, tante memang tidak serumah dengan nenek, itu karena tente bekerja disalah satu cv yang dekat dengan kontrakan nya. Tante menunjukan jalan-jalan yang harus aku lalui, pertama aku akan berhenti di pasar bawah, tepat disimpang mandiangin. Disimpang empat itu aku turun dan melanjutkan perjalanan dengan menaiki aangkutan kota yang bercorak kuning putih menuju panganak. Kali ini aku sukses sampai panganak tapi sayang sekali ternyata aku salah naik angkutan kota, seharusnya aku naik angkutan kota yang bercorak hijau daun yang didepan nya bertuliskan rute perjalanan ke panorama baru karena kampusku itu berada di jalan panorama baru, tadi malam aku sudah menanyakan alamat kampusnya sama temanku ani yang baru aku kenal saat tes kesehatan, angkutan kota tersebut juga bisa di jumpai disimpang mandiangin, tapi menunggunya disimpang yang sebelahnya, kearah lanbauw.


Akhirnya aku sampai juga di kampus V politeknik kesehatan padang, prodi kesehatan gigi Bukittinggi. Kesan pertama kali kurasakan, aku pesimis bisa kuliah ditempat ini, kampus ini tidak seperti yang kubayangkan, rasanya anak-anak yang lain juga akan sependapat dengan ku. Sewaktu aku masih duduk di SMA aku membayangkan aku akan berkuliah di suatu universitas atau akademi dengan kampus yang megah serta dengan fasilitas-fasilitas kafe yang memanjakan mahasiswa nya. Tapi semua yang aku bayang kan bertolak belakang dengan apa yang ada dihadapan ku sekarang. Aku mesti kekampus dengan memakai baju putih-putih, berjilbab, lengkap dengan sepatu pansus dan pin poltekes. Entah lah, aku tidak dapat mengelak, yang aku tahu sekarang aku harus mencobanya, mengenalnya dan menyukainya.


Saat aku asyik melamun di teras kampus, tanpa sadar ada seseorang yang menepuk pundak ku, sesaat aku membalikkan badan, any..!! hai, apa kabar kamu?
Dia hanya cengengesan, “lah lamo kamu datang lan?” ah, belum terlalu lama ini.
Aku senyum-senyum karena mendengar logatnya yang aneh, dia berusaha keras mamakai bahasa Indonesia yang campur sari dengan bahasa minang, bahasa asli penduduk sana. Tujuannya, supaya aku mengerti apa yang di ucapkan nya. Yuk, any kenal kan samo kawan-kawan baru, any kenal dipadang saat ujian patang..!! dia menarik tangan ku, sesaat aku sudah berada di antara teman-teman baru, membiasakan diri dengan bahasa baru, dan lingkungan kampus yang baru.


Sekarang aku sudah berada disuatu ruangan yang kata mereka aula kampus, ada banyak kakak senior yang memberi pengarahan, dan satu persatu dari kami diminta untuk memperkenalkan diri. Setelah sampai pada giliran ku, aku berdiri. Aku mulai dengan mengucapkan salam, “Assalamualaikum wr.wb perkenalkan
nama saya Novalia Wulandari”. “Teman-teman bisa memanggil saya dengan sebutan Wulan, dan saya berasal dari Pekanbaru”. Aku sempat gugup sewaktu memperkenalkan diri karena begitu banyaknya orang-orang yang baru ku kenal menatap kearah ku, tapi untunglah sudah berlalu. Ternyata tidak hanya aku yang berasal dari luar Sumatra barat, ada sekitar lima orang calon mahasiswa dan mahasiswi dari daerah riau seperti bengkalis, duri, bengkinang dan pekanbaru. Para senior menjelaskan kegiatan orientasi mahasiswa yang akan berlangsung dikampus tersebut selama tiga hari, kami diminta membawa berbagai macam perlengkapan aneh, bagaimana aku bisa mengatakan aneh jika perlengkapan yang diminta adalah, botol bir yang kosong, petai, kulit jengkol, kaca mata anak-anak yang satu kaca ya dilepas dan segala macam perlengkapan lain. Aku sebenarnya sudah membayangkan akan memakai perlengkapan tersebut sebagai atribut. Dengan rambut dikuncir banyak, pita warna-warni, aku akan berkalung kan petai dan tutup botol serta terung besar akan digantungkan disisi kiri pinggangku, aku pasti akan seperti orang gila yang pernah bermimpi jadi polisi, ditambah lagi dengan topi jerami dan tas karung yang akan kami sandang, lengkap sudah penderitaan kami selama tiga hari nanti.


Setelah pengarahan selesai, any temanku mengajakku kepasar bawah, pasar tradisional yang becek karena hujan tadi malam. yang membuatku suka belanja disini karena orang-orang atau tepat nya ibu-ibu atau orang minang mengatakannya amak-amak yang berjualan sangat lah ramah-ramah, mereka menawarkan dagangan nya, ada juga yang asyik bercengkrama dengan penjual yang ada disebelahnya, bahasanya bikin aku tersipu-sipu, bukan karena aku mengerti tapi malah sebaliknya. Any mulai menanyakan terung, kulit jengkol dan patai. “Ado patai mak..??”katanya, dengan logat minang. “Lai nak, bara kabek?” “ampek se nyo mak..!!” ani meminta empat ikat petai lalu membayarnya. Sepertinya any sudah hapal dengan harga-harga disitu jadi dia tidak perlu menawar lagi. Akhir nya selesai sudah belanja perlengkapan, kami pun pulang kerumah tanteku di anak air dan aku menawarkan any untuk menginap. Any adalah asli payakumbuh, dari Bukittinggi ke Payakumbuh tidaklah terlalu jauh, hanya membutuh kan waktu sekitar satengah jam jika ditempuh pakai motor, tapi jika pakai bus bisa sekitar satu jam karena bus yang ngirit-ngirit nyari penumpang. Walaupun dekat tetap saja aku tidak mengijinkan nya untuk pulang, karena hari sudah hampir malam, senja mulai berganti dengan pekat, burung-burung kembali kesarang mereka, dan aktifitas kota berangsur-angsur lenyap berganti dengan kesunyian alam yang terus berzikir menanti pagi.

Note Part 1

Udara yang dingin menyambutku sejak aku menginjakkan kaki dikota ini. Sudah lama rasa nya aku tidak ke Bukittinggi, terakhir ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Saat itu rumah penduduk masih sedikit dan jalan nya belum sebagus sekarang. Jalan kedesa ku masih jalan setapak, cukup untuk dilalui binatang ternak dan manusia. Makanya tidak aneh jika kita melihat hewan ternak milik penduduk masih seenaknya berkeliaran dan mengotori jalan. Tetapi aroma sejuk pedesaan seakan-akan mampu menyapu setiap bebauan yang tidak mengenakan itu. Sedangkan disisi kiri jalan terlihat sawah yang terbentang luas dengan padi yang sudah hampir menguning atau mereka (para petani) menyebutnya hampir masak, melambai-lambai karna tiupan angin. Padi-padi itu seakan-akan menari dan memancing burung untuk mencicipi makanan pagi mereka.


Aku sering bermain disawah, berlarian tanpa alas kaki dengan kaka' ku yang setahun jarak umurnya denganku. Kami bercengkrama serta bersanda gurau membahas apa saja yang kami jumpai. Aku melihat nenek ku melambaikan tangan dan menyuruh kami untuk berhati-hati. Nenek ku adalah salah satu petani yang ada didesa ini beliau sudah berumur sekitar 68 tahun, tetapi nenek masih saja kuat bekerja. Padahal andai saja nenek mau untuk ikut bersama kami ke kota Pekanbaru, tentulah nenek tidak perlu repot-repot untuk bekerja lagi. Tapi itu lah nenek ku, beliau tidak pernah mau menjadi beban untuk anak-anak nya yaitu mama dan tanteku.


Aku pernah membayangkan tinggal bersama nenek dan bersekolah disini. Pasti akan menyenangkan, setiap pagi aku akan berangkat sekolah dengan berjalan kaki di jalan setapak, sambil menghirup udara segar pedesaan. Dan kali ini impian ku itu sudah terwujud, aku kembali lagi ke kota ini setelah sekian lama. Saat ini umurku sudah 18 tahun, dan ditahun ajaran baru ini aku akan menuntut ilmu di salah satu kampus V politeknik kesehatan padang yang ada di bukittinggi, tepatnya jurusan prodi kesehatan gigi bukittinggi. Sebenarnya aku belum pernah melihat kampusku itu, sejak aku dinyata kan lulus atas ujian seleksi dipadang, bahkan letaknya saja aku tidak tahu karena mendengar nama nya saja aku baru kali ini. Jadi, misiku hari ini adalah mencari informasi tentang kampusku. Maka di mulailah perjalanan ku pagi ini, disini dikota penuh harapan Bukittinggi.

Sabtu, 14 November 2009

Note Part 2

Pagi ini aku memulai pencarian ku, aku naik angkutan kota yang berwarna biru muda, tadi aku sempat bertanya dulu sama tanteku tentang jalur-jalur yang akan dilalui angkutan kota tersebut. Tante ku tinggal di jalan soekarno-hatta tepat nya di jalan anak air, tante memang tidak serumah dengan nenek, itu karena tente bekerja disalah satu cv yang dekat dengan kontrakan nya. Tante menunjukan jalan-jalan yang harus aku lalui, pertama aku akan berhenti di pasar bawah, tepat disimpang mandiangin. Disimpang empat itu aku turun dan melanjutkan perjalanan dengan menaiki aangkutan kota yang bercorak kuning putih menuju panganak. Kali ini aku sukses sampai panganak tapi sayang sekali ternyata aku salah naik angkutan kota, seharusnya aku naik angkutan kota yang bercorak hijau daun yang didepan nya bertuliskan rute perjalanan ke panorama baru karena kampusku itu berada di jalan panorama baru, tadi malam aku sudah menanyakan alamat kampusnya sama temanku ani yang baru aku kenal saat tes kesehatan, angkutan kota tersebut juga bisa di jumpai disimpang mandiangin, tapi menunggunya disimpang yang sebelahnya, kearah lanbauw.

Akhirnya aku sampai juga di kampus V politeknik kesehatan padang, prodi kesehatan gigi Bukittinggi. Kesan pertama kali kurasakan, aku pesimis bisa kuliah ditempat ini, kampus ini tidak seperti yang kubayangkan, rasanya anak-anak yang lain juga akan sependapat dengan ku. Sewaktu aku masih duduk di SMA aku membayangkan aku akan berkuliah di suatu universitas atau akademi dengan kampus yang megah serta dengan fasilitas-fasilitas kafe yang memanjakan mahasiswa nya. Tapi semua yang aku bayang kan bertolak belakang dengan apa yang ada dihadapan ku sekarang. Aku mesti kekampus dengan memakai baju putih-putih, berjilbab, lengkap dengan sepatu pansus dan pin poltekes. Entah lah, aku tidak dapat mengelak, yang aku tahu sekarang aku harus mencobanya, mengenalnya dan menyukainya.

Saat aku asyik melamun di teras kampus, tanpa sadar ada seseorang yang menepuk pundak ku, sesaat aku membalikkan badan, any..!! hai, apa kabar kamu?
Dia hanya cengengesan, “lah lamo kamu datang lan?” ah, belum terlalu lama ini.
Aku senyum-senyum karena mendengar logatnya yang aneh, dia berusaha keras mamakai bahasa Indonesia yang campur sari dengan bahasa minang, bahasa asli penduduk sana. Tujuannya, supaya aku mengerti apa yang di ucapkan nya. Yuk, any kenal kan samo kawan-kawan baru, any kenal dipadang saat ujian patang..!! dia menarik tangan ku, sesaat aku sudah berada di antara teman-teman baru, membiasakan diri dengan bahasa baru, dan lingkungan kampus yang baru.
Sekarang aku sudah berada disuatu ruangan yang kata mereka aula kampus, ada banyak kakak senior yang memberi pengarahan, dan satu persatu dari kami diminta untuk memperkenalkan diri. Setelah sampai pada giliran ku, aku berdiri. Aku mulai dengan mengucapkan salam, “Assalamualaikum wr.wb perkenalkan
nama saya Novalia Wulandari”. “Teman-teman bisa memanggil saya dengan sebutan Wulan, dan saya berasal dari Pekanbaru”. Aku sempat gugup sewaktu memperkenalkan diri karena begitu banyaknya orang-orang yang baru ku kenal menatap kearah ku, tapi untunglah sudah berlalu. Ternyata tidak hanya aku yang berasal dari luar Sumatra barat, ada sekitar lima orang calon mahasiswa dan mahasiswi dari daerah riau seperti bengkalis, duri, bengkinang dan pekanbaru. Para senior menjelaskan kegiatan orientasi mahasiswa yang akan berlangsung dikampus tersebut selama tiga hari, kami diminta membawa berbagai macam perlengkapan aneh, bagaimana aku bisa mengatakan aneh jika perlengkapan yang diminta adalah, botol bir yang kosong, petai, kulit jengkol, kaca mata anak-anak yang satu kaca ya dilepas dan segala macam perlengkapan lain. Aku sebenarnya sudah membayangkan akan memakai perlengkapan tersebut sebagai atribut. Dengan rambut dikuncir banyak, pita warna-warni, aku akan berkalung kan petai dan tutup botol serta terung besar akan digantungkan disisi kiri pinggangku, aku pasti akan seperti orang gila yang pernah bermimpi jadi polisi, ditambah lagi dengan topi jerami dan tas karung yang akan kami sandang, lengkap sudah penderitaan kami selama tiga hari nanti.

Setelah pengarahan selesai, any temanku mengajakku kepasar bawah, pasar tradisional yang becek karena hujan tadi malam. yang membuatku suka belanja disini karena orang-orang atau tepat nya ibu-ibu atau orang minang mengatakannya amak-amak yang berjualan sangat lah ramah-ramah, mereka menawarkan dagangan nya, ada juga yang asyik bercengkrama dengan penjual yang ada disebelahnya, bahasanya bikin aku tersipu-sipu, bukan karena aku mengerti tapi malah sebaliknya. Any mulai menanyakan terung, kulit jengkol dan patai. “Ado patai mak..??”katanya, dengan logat minang. “Lai nak, bara kabek?” “ampek se nyo mak..!!” ani meminta empat ikat petai lalu membayarnya. Sepertinya any sudah hapal dengan harga-harga disitu jadi dia tidak perlu menawar lagi. Akhir nya selesai sudah belanja perlengkapan, kami pun pulang kerumah tanteku di anak air dan aku menawarkan any untuk menginap. Any adalah asli payakumbuh, dari Bukittinggi ke Payakumbuh tidaklah terlalu jauh, hanya membutuh kan waktu sekitar satengah jam jika ditempuh pakai motor, tapi jika pakai bus bisa sekitar satu jam karena bus yang ngirit-ngirit nyari penumpang. Walaupun dekat tetap saja aku tidak mengijinkan nya untuk pulang, karena hari sudah hampir malam, senja mulai berganti dengan pekat, burung-burung kembali kesarang mereka, dan aktifitas kota berangsur-angsur lenyap berganti dengan kesunyian alam yang terus berzikir menanti pagi.

Langit yang sama

Ketika aku mendongkak pada langit..

aku melihat kerlip bintang

bintang menyapa tepian kamar ku..

serasa tiada batasan aku dan engkau


Menyapa bintang seperti aku menyapa mu

langit yang sama..

Rembulan yang sama..

dan kerlip bintang yang sama..


Serasa dekat aku dengan mu